JURUS JITU PEMERINTAH STABILKAN HARGA TELUR AYAM


Badan Pangan Nasional/ National Food Agency (NFA) melakukan koordinasi bersama asosiasi peternak layer dan broiler untuk melakukan identifikasi faktor penyebab naiknya harga telur ayam sehingga dapat dilakukan langkah stabilisasi yang tepat.

 

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga telur saat ini tengah mencari kesetimbangan baru karena adanya kenaikan biaya produksi, juga akibat pandemi beberapa waktu lalu.

 

Khusus jagung untuk pakan, Badan Pangan Nasional telah menghubungkan daerah sentra produksi seperti Sumbawa, Dompu dengan Sentra Peternak Layer di Blitar dan Kendal sehingga dapat berjalan dengan baik.

 

"Terdapat perubahan harga DOC, struktur biaya lainnya seperti biaya pakan dan biaya angkut. Hal tersebut tentunya berdampak pada perubahan harga telur, " ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (27/8/2022).

 

Arief mengatakan, dalam menemukan kesetimbangan hulu hilir pangan tersebut, semua pihak pada saat yang sama berkolaborasi sehingga bisa mewujudkan kondisi di mana petani dan peternak sejahtera, pedagang untung, masyarakat tersenyum.

 

Selanjutnya, Arief mengatakan, untuk mengatasi lonjakan harga ini pihaknya akan menggandeng Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk melakukan operasi pasar apabila harga telur tidak kunjung turun hingga di bawah Rp 30.000 per kilogram dalam beberapa hari kedepan.

 

"Kami terus berkoordinasi intensif dengan Kemendag, Kementan dan Satgas Pangan, hari ini sudah bertemu Dirjen PKH Kementan sepakat akan melakukan langkah-langkah stabilisasi diantaranya operasi pasar," ujarnya.

 

Upaya kolaborasi melibatkan asosiasi dan menggandeng kementerian dan lembaga terkait yang sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam penyelesaian permasalahan pangan diperlukan kolaborasi seluruh stakeholder.

 

Lebih lanjut, Arief mengatakan, NFA telah merumuskan langkah penguatan sektor perunggasan secara berkelanjutan pada beberapa minggu terakhir, diantaranya melalui penyusunan rancangan Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) yang telah dibahas bersama seluruh stakeholder perunggasan nasional.

 

Karena HAP ini tidak dijalankan maka kami akan lakukan operasi pasar.

 

Hasil pembahasan mengusulkan HAP jagung pipil kering KA 15 persen Rp 4.200 per kilogram di tingkat petani dan Rp 5.000 per kilogram di tingkat peternak. HAP telur ayam ras Rp 22.000 sampai dengan Rp 24.000 per kilogram di tingkat peternak dan Rp 27.000 per kilogram di konsumen.

 

Selain itu, juga dilakukan penyusunan skema penyerapan hasil ternak unggas oleh BUMN pangan yaitu Bulog dan PT Berdikari sebagai member Holding BUMN Pangan dan juga Private Sector.

 

"Jadi solusi penguatan sektor perunggasan yang kami siapkan sifatnya in line. Di hilir kami dorong BUMN Pangan lakukan penyerapan, di hulu kami amankan kepastian harganya melalui regulasi HAP, sehingga semuanya terukur," ungkap Arief.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JOKOWI TERSENYUM DAN MELAMBAIKAN TANGAN SAAT KIRAB PERNIKAHAN KAESANG-ERINA

MUHAIMIN DIANGGAP TAK KONSISTEN TENTANG PEMBANGUNAN IKN NUSANTARA

PRESIDEN JOKO WIDODO ANUGERAHKAN TANDA KEHORMATAN BAGI 127 TOKOH